Home >Unlabelled > Teori Belajar Behavioristik
Teori Belajar Behavioristik
Posted on Thursday, August 1, 2013 by Kozain Park
A.
Pengertian Pendekatan
Behaviorisme
Teori belajar Behavioristik adalah
teori belajar yang lebih mementingkan pengaruh lingkungan dalam proses
belajarnya. Selain itu teori belajar behavioristik juga lebih mengutamakan
peranan reaksi. Hasil belajar teori behavioristik terbentuk secara sistematis
dan dipengaruhi oleh pengalaman masalalu. Teori
belajar Behavioristik lebih
mementingkan pembentukan kebiasaan dan dalam memecahkan suatu masalah, teori
ini menggunakan metode trial dan error.
B.
Ciri-ciri teori belajar
behavioristik :
ü Mementingkan
pengaruh lingkungan
ü Mementingkan
bagian-bagian ( elementalistik )
ü Mementingkan
peranan reaksi.
ü Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar.
ü Mementingkan
sebab-sebab di waktu yang lalu,
ü Mementingkan
pembentukan kebiasaan, dan
ü dalam
pemecahan problem, ciri khasnya “trial and error”.
C.
Macam-macam
teori belajar menurut aliran ini adalah:
1. Teori belajar Classical
Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Ivan
Pavlov. Dia mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk
berliur walau tanpa makanan. Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan
bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas
penguatan selektif. Anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan
penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan.
2. Teori Operant
Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Burr
Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak
secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang
dari luar. Skinne mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang
didalamnya terdapat pengungkit, pemampung makanan, lampu, lantai dengan grill
yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner
menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan eksperimen
tersebut dapat ditarik kesimpulan:
ü Setiap respon yang diikuti dengan
penguatan (reward atau reinforcing stimuli) cenderung
akan diulang kembali.
ü Reward atau reinforcing stimuli akan
meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
3. Modelling dan Observational
Learning
Bandura
mengembangkan 4 tahap melalui pengamatan atau modeling
ü Tahap perhatian : Individu memperhatikan model yang
menarik, berhasil, atraktif dan populer.
ü Tahap retensi : Bila guru telah mendapat perhatian dari siswa, guru
memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mempraktekkannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan.
ü Tahap reproduksi : Siswa mencoba menyesuaikan diri dengan
perilaku model.
ü Tahap motivasional: Siswa akan
menirukan model karena merasakan bhwa melakukan pekerjaan yang baik akan
meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan.
Konsep penting lainnya dari teori
belajar ini adalah pengaturan diri (self-regulation). Dalam kegiatan
belajar ini, individu mengamati perilakunya sendiri, menilai perilakunya
sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri
sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku.
4. Teori Koneksionisme
Teori ini dikembangkan oleh Edward
Thorndike. Dia menggunakan kucing sebagai hewan percobaan. dalam eksperimennya,
dia menghitung waktu yang dibutuhkan kucing untuk dapat keluar dari kandang
pecobaan (puzzle box). Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trial dan error.
Hewan percobaan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri dengan lingkungannya
sedemikian rupa sebelum hewan percobaan tersebut dapat melepaskan diri dari
kandang percobaan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan
percobaan itu praktis sama.
Thorndike
mengemukakan 3 macam hukum belajar, yaitu:
1.
Hukum
kesiapan
Agar proses belajar mencapai hasil
yang baik, maka perlu kesiapan dalam belajar. Ada tiga keadaan yang menunjukkan
berlakunya hukum ini, yaitu:
ü Apabila individu memiliki kesiapan
untuk bertindak atau berperilaku dan dapat melaksanakannya, maka dia akan puas.
ü Apabila individu memiliki kesiapan
untuk bertindak atau berperilaku tapi tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan
kecewa.
ü Apabila individu tidak memiliki
kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dipaksa untuk melaksanakannya,
maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
2. Hukum latihan
Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat
apabila sering dilakukan latihan.
3. Hukum akibat
Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau
memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.
5. Teori Modifikasi Perilaku Kognitif
Meichenbaum menyatakan bahwa
individu dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilakunya sendiri. Cara
yang digunakan yaitu melatih individu yang terganggu emosionalnya untuk membuat
dan menjawab pertanyaannya sendiri. Ada 5 tahap kegiatan belajar mandiri yang
dikembangkan Meichenbaum, yaitu:
ü Model orang dewasa melakukan tugas
tertentu sambil berbicara dengan keras (Modeling kognitif)
ü Anak melakukan tugas yang sama di
bawah arahan pembelajaran dari model (Bimbingan eksternal)
ü Anak melakukan tugas sambil
membelajarkan diri sendiri.
ü Anak membelajarkan dirinya sendiri
dengan cara berbicara pelan pada saat melanjutkan tugas.
ü Anak melakukan tugas untuk mencari
kinerja tertentu dengan melakukan percakapan diri sendiri.
Teori belajar modifikasi perilaku
koginitif ini menekankan pada modeling percakapan diri sendiri secara meningkat
berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada perilaku yang
dikendalikan oleh diri sendiri, di mana individu menggunakan percakapan diri
sendiri pada waktu melaksanakan tugas.
6.
Teori belajar Conditioning
Guthrie menyatakan bahwa semua
belajar dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu prinsip asosiasi. Belajar
merupakan suatu upaya untuk menentukan hukum-hukum, bagaimana stimulus dan
respon itu berasosiasi. Guthrie menyatakan bahwa respon dapat menimbulkan
stimuli untuk respon berikutnya. Perilaku manusia merupakan deretan perilaku
yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respon dari stimulus berikutnya.
Konsekuensi yang menyenangkan pada
umumnya disebut sebagai penguat (reinforces), dan yang tidak menyenangkan
disebut sebagai hukuman (punishers).
Powered by Blogger.